Sebentar lagi pemilu akan berlangsung, saat ini para calon anggota legislatif (caleg) dan para calon presiden dan wakil presiden (capres dan cawapres) tengah berupaya keras merebut hati rakyat agar memberikan suara bagi mereka. Para calon pemimpin tersebut menawarkan janji yang dikemas dalam berbagai program, ada yang realistis dan ada yang bombastis. Masyarakat pun sepertinya larut dalam pesta politik yang tengah berlangsung, ada yang sekedar bersimpati dan memberikan dukungan secara diam-diam, dan ada pula yang terlibat langsung dengan mendeklarasikan sebagai pendukung setia. Namun tampaknya antusiasme masyarakat dalam hiruk-pikuk Pemilu masih bersifat fanatisme terbatas, hal ini terlihat dari sikap sebagian masyarakat yang cenderung membela secara buta calon yang mereka dukung dan mereka tidak segan untuk berdebat dengan rekan dan kerabat yang berseberangan haluan. Yang lebih irasional, tidak jarang perdebatan tersebut berujung pada perseteruan atau rusaknya tali silaturahmi di antara mereka.
Sebagian besar masyarakat melihat pemilu dalam perspektif yang sempit, yaitu sebagai ajang untuk memilih caleg, capres dan cawapres. Merekapun belum memiliki kedewasaan untuk melihat secara obyektif visi, misi dan program kerja suatu partai atau kriteria calon pemimpin yang ideal yang layak mereka pilih. Kebanyakan masyarakat memilih figur pemimpin yang menjadi panutan kelompoknya, atau yang sudah mereka kenal melalui media masa dan sebagian lagi memilih terjebak pada janji manis sang calon atau hanya berdasarkan pemberian uang secara insidental (money politic). Seharusnya kita semua menyadari bahwa Pemilu adalah sarana demokrasi dan merupakan momentum yang tepat bagi rakyat untuk menentukan nasib mereka dikemudian hari dengan cara memilih pemimpin yang ideal. Pemimpin yang ideal adalah figur pemimpin yang memiliki integritas dan kapabilitas untuk memahami permasalahan yang dihadapi bangsa ini dan memiliki komitmen dan kemauan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dan membawa masyarakat kepada kondisi yang lebih baik.
Saat ini faktor utama yang menjadi penyebab bangsa kita masih terpuruk adalah praktik korupsi yang merajalela di berbagai sektor. Bangsa Indonesia yang dikaruniai Tuhan modal untuk menjadi bangsa yang besar berupa alam yang indah, subur dan kaya, tetapi belum mampu mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Padalah sudah banyak hutan yang ditebang, tambang yang digali dan kekayaan laut yang dikeruk dari bumi Indonesia, namun hasilnya tidak digunakan sepenuhnya bagi program pembangunan yang dapat mensejahterakan rakyat, melainkan masih banyak yang dikorupsi oleh para oknum pejabat dan para mafia pencuri kekayaan negara. Hal ini terjadi akibat banyak oknum pemimpin yang kita percayakan mengelola negeri ini tega mengkhianati sumpah jabatan dan menggadaikan hati nurani mereka untuk sekedar menumpuk kekayaan bagi diri, keluarga dan kelompoknya saja.
Akankah kita terperdaya oleh janji manis pemimpin yang seperti ini, dan membiarkan negara dan bangsa ini terus masuk ke jurang keterpurukan yang lebih dalam. Bagaimana nasib anak cucu kita kelak, bila mereka harus menanggung derita akibat ulah para oknum pemimpin yang korup tersebut. Saatnya kini kita menyadari bahwa melaksanakan pemilu bukan hanya sekedar euforia pesta demokrasi, melalui pemilu kita akan menentukan masa depan kita juga nasib anak cucu kita. Ini saatnya kita memilih pemimpin yang berintegritas siapapun dia, untuk kita beri amanat guna mengurus negeri ini dengan baik.
Integritas adalah suatu kata yang mudah diucapkan, akan tetapi bagi sebagian kalangan sulit untuk dilaksanakan bahkan hanya untuk sekedar dipahami. Di dalam integritas ada ketakwaan kepada Tuhan, ada rasa syukur, perlaku yang sederhana dan bersahaja serta berkomitmen memegang teguh amanah, sehingga bagi orang yang memilikinya akan terlihat bercahaya meski ia dalam balutan kesederhanaan. Ia dekat dengan sang pencipta dan merasa terus diawasi, sehingga ia selalu berpikir, berkata dan bertindak dengan berdasarkan nilai kebenaran. Ia mensyukuri apa yang ia dapatkan, karena baginya kemudahan dan kesukaran adalah ujian hidup yang harus dilalui. Ia makan untuk kesehatannya dan menggunakan barang atas pertimbangan manfaat bukan harga atau kelasnya. Ia bijaksana dan bersahaja baik saat berada di atas atau di bawah, baginya melakukan kebaikan adalah untuk menjadikan keseimbangan hidup bukan untuk mencari popularitas atau hal lainnya yang bersifat duniawi.
Semoga pemimpin yang akan kita pilih akan mengenakan Integritas sebagai pakaian kebesarannya, dengan takwa, syukur, jujur, sederhana dan amanah menjadi atribut kepangkatannya, Pemimpin yang berintegritas akan menerapkan nilai kebaikan tersebut dalam menjalankan roda pemerintahan sehingga akan dapat membawa kita menuju kebaikan.
Cicero mengatakan bahwa "ikan tidaklah membusuk dari ekornya,", artinya segala ketimpangan yang terjadi di suatu bangsa adalah merupakan cerminan dari perilaku pemimpinnya. Perilaku pemimpin yang buruk akan menular kebawahannya hingga masyarakat luas, sebaliknya Pemimpin yang baik akan menjadikan bangsa yang baik. Masyarakat kita juga mudah meniru kebiasaan baik para pemimpinnya, oleh karenanya jika kita memiliki pemimpin yang berintegritas, maka hal tersebut akan dapat mengilhami semua pihak untuk bersikap yang sama. Apabila semua pihak memiliki integritas yang tinggi, maka semua proses kenegaraan dan pemerintahan akan berjalan dengan baik dan benar.
Hanya dengan membangun nilai integritas, kita bisa menjadikan Indonesia bersih dari korupsi, dan hanya dengan menjadikan Indonesia bersih dari korupsi kita bisa mewujudkan cita-cita bangsa yaitu mewujudkan masyarakat yang adil makmur dan sejahtera. Mari kita manfaatkan momentum pemilu sebagai sarana merubah nasib kita bersama, Pastikan integritas menjadi kualifikasi pemimpin yang akan kita pilih, pelajari track record nya, pahami program kerjanya, seberapa serius niatan mereka dalam memberantas korupsi di Indonesia. Biarlah mesin partai politik yang bekerja mengkomunikasikan program mereka, selanjutnya gunakanlah kecerdasan kita untuk mendengar, melihat dan menentukan pilihan kita nantinya di bilik suara sesuai hati nurani kita masing-masing.
Semoga dengan terpilihnya pemimpin yang berintegritas, Indonesia akan menjadi baik, dan terus lebih baik lagi di masa akan datang.